Add caption |
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Budidaya ikan lele cepat berkembang di Indonesia karena terbukti cukup menguntungkan, dapat dilakukan dengan modal kecil dan dilahan yang sempit. Budidaya ikan ini dilakukan mulai dari skala rumah tangga sampai skala besar. Ikan lele yang dibudidayakan saat ini adalah lele Dumbo. Ikan lele Dumbo diintroduksi oleh pengusaha swasta pada tahun 1986, merupakan hibrida dari pejantan Clarias gariepinus yang berasal dari Afrika dengan induk betina Clarias fuscus yang asli dari Taiwan. Ikan ini juga dapat dipijahkan sepanjang tahun, fekunditas telur yang tinggi, dapat hidup pada kondisi air yang marginal dan efisiensi pakan yang tinggi. Namun karena usaha pengembangan budidaya yang sangat pesat dengan penggunaan induk yang tidak terkontrol, telah menyebabkan terjadinya penurunan mutu induk yang digunakan dan benih yang dihasilkan. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih sehingga produksinya tidak optimal.
Sebagai upaya perbaikan mutu induk dan benih lele Dumbo, Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi sejak tahun 2000 telah melakukan perbaikan genetik melalui silang balik (backcross). Hasil uji keturunan dari induk hasil silang balik, menunjukkan adanya peningkatan dalam pertumbuhan benih yang dihasilkan. Berdasarkan keunggulan lele Dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele Dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan dikembangkan kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele Dumbo hasil perbaikan ini dinamakan ”LELE SANGKURIANG”.
Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di BBAT Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele Dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi. Induk dasar yang dikembangkan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama.
Budidaya ikan lele Sangkuriang memberikan prospek penghasilan yang baik, karena ikan lele Sangkuriang digemari masyarakat dan memiliki pasar yang baik. Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat menghasilkan protein dan harga yang relatif murah sehingga terjangkau oleh semua masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Lele Sangkuriang
2.1.1 Sistematika
Menurut anonymous (2005) sistematika atau klasifikasi lele Sangkuriang adalah sebagai berikut :
§ Phylum : Chordata
§ Kelas : Pisces
§ Subkelas : Teleostei
§ Ordo : Ostariophysi
§ Subordo : Siluroidae
§ Famili : Clariidae
§ Genus : Clarias
2.1.2 Ciri-Ciri Morfologis
Menurut Anonymous (2005) secara umum morfologi ikan lele Sangkuriang ini tidak terlalu banyak perbedaan dengan lele Sangkuriang yang selama ini banyak dibudidayakan. Tubuh ikan lele licin, berlendir, dan tidak bersisik. Mulut ikan lele relatif lebar, yakni sekitar ¼ dari panjang tubuhnya, adanya empat pasang kumis atau sungut yang terletak di sekitar hidung, sepasang sungut maksila (rahang atas) dan dua pasang mandibula (rahang bawah). Lele Sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. Sementara itu, sirip yang yang berpasangan ada dua, yakni sirip dada dan sirip perut. (Gambar 1)
Gambar 1. morfologi ikan lele Sangkuriang
2.1.3 Habitat
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lingkungan hidup bagi ikan lele. Ikan lele Sangkuriang dapat mentolerir lingkungan yang suhunya antara 22-34oC, pH 6-9, dan oksigen terlarut >1 (Sunarma, 2004).
2.1.4 Sifat
Menurut Sunarma (2004) Ikan lele Sangkuriang ini memiliki sifat yang sama dengan lele Sangkuriang yaitu, hidup di air tawar. Jika ikan ini mengalami stres atau kaget maka warna tubuhnya akan berubah menjadi terang, tidak merusak kolam, patil tidak beracun dan pertumbuhannya cepat.
Salah satu sifat lele sangkuriang adalah suka menloncat kedarat terutama pada malam hari. Munculnya sifat ini karena lele sangkuriang merupakan binatang malam yakni banyak melakukan aktivitasnya dimalam hari ( nocturnal ). Sifat ini akan tampak saat lele sangkuriang akan mencari makan. Itulah sebabnya lele sangkuriang akan lebih suka berada ditempat gelap dibanding ditempat yang terang.
2.1.5 Kebiasaan Makan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar